Sepanjang jalan menuju Songchanlimsa, bukannya kebisingan dunia semakin menjauh, udara yang tenang dan pemandangan yang terbuka luas justru memenuhi hati saya. Ketika saya tiba di kuil dan melihat ke belakang, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah deretan pegunungan yang tak berujung, danau yang terbentang dengan tenang di bawah, dan di kejauhan, kota Shangri-La yang terletak dengan damai.
Pemandangan yang terlihat dari titik tinggi ini bukan hanya sekadar pemandangan biasa, tetapi terasa seperti sebuah adegan di mana lapisan-lapisan alam terlihat sekaligus. Pegunungan biru berdiri kokoh di tempatnya, danau terhampar dengan tenang mencerminkan langit, dan kota di sampingnya hanya menempati sebagian kecil.
Pada saat itu, perbedaan ukuran antara ruang buatan manusia dan ruang alami terasa sangat jelas. Namun anehnya, kenyamanan datang sebelum rasa intimidasi. Perasaan bahwa segala sesuatu berada di tempatnya, dan bahwa saya juga hanyalah bagian darinya, justru meringankan hati saya.
Pemandangan dari Songchanlimsa adalah sebuah adegan yang dengan tenang membuat saya menyadari bahwa meskipun dunia alam dan manusia terlihat secara bersamaan, pada akhirnya alam tetap menjadi pusatnya.
Lihat teks asli