Melangkah ke Gunung Wudang kuno, kabut pagi seperti kain tipis, dan aroma pinus samar tercium di antara bebatuan. Mendaki anak tangga batu yang berliku, lonceng kuil bergema di antara punggung awan, seolah membangunkan tahun-tahun yang tertidur. Legenda mengatakan bahwa Zhang Sanfeng pernah berlatih di sini, dan semangat pedang Wudang tampaknya masih mengalir melalui hutan. Berdiri di puncak gunung dan memandang ke bawah, lapisan bukit hijau saling bertumpuk, dan Pegunungan Taihang di kejauhan menyerupai gulungan lukisan tinta yang luas, di mana langit dan bumi diam-diam menjadi puisi.
Di sore hari, sinar matahari menyaring melalui hutan pinus, bintik-bintik emas jatuh di atap melayang aula, dan ubin biru kuno memancarkan aroma waktu. Angin gunung membawa suara lonceng dan gemerincing, menjernihkan pikiran. Pada saat ini, waktu tidak lagi penting; hanya dialog antara hati dan alam yang tersisa, membawa rasa kebebasan yang telah lama hilang.
Lihat teks asli