Melangkah ke Ta Prohm terasa seperti memasuki dunia yang terlupakan, di mana alam dengan gigih merebut kembali apa yang telah dibangun oleh manusia. Udara dipenuhi aroma tanah basah dan batu kuno, disaring oleh kanopi tebal di atas kepala. Di mana pun kami memandang, akar pohon raksasa, seperti ular besar, melilit dinding kuil yang runtuh, pelukan kuat mereka perlahan-lahan menghancurkan arsitektur megah.
Sungguh memukau menyaksikan pertarungan lambat antara batu dan akar ini. Sebuah pintu masuk dibingkai sempurna oleh pohon ara yang melilit, sulur-sulurnya yang berkerut menciptakan lengkungan alami. Lebih jauh ke dalam, seluruh bagian galeri telah runtuh, balok-balok besar berserakan seperti mainan yang dibuang, namun bahkan di sini, kehidupan baru tumbuh dari celah-celah. Ini bukan sekadar reruntuhan; ini adalah bukti hidup dan bernapas tentang ketidakabadian ciptaan manusia dan kekuatan hutan yang abadi. Ta Prohm benar-benar terasa liar, tempat di mana sejarah berbisik dari setiap permukaan yang ditutupi lumut dan pohon-pohon berdiri sebagai penjaga kuno yang diam.
Lihat teks asli