Begitu saya melangkah keluar dari dermaga di Pulau Kecil Liuqiu, saya langsung menyewa skuter dan menuju ke selatan sepanjang jalan pesisir pulau. Matahari tropis membakar kulit saya, namun angin laut memberikan kesejukan yang tepat waktu. Tak lama kemudian, saya melihat lengkungan pasir putih yang terletak di antara laut biru dan pepohonan hijau yang rimbun—itulah Teluk Habin.
Pantai ini benar-benar sesuai dengan reputasinya, seluruhnya tertutup oleh serpihan kecil karang dan pecahan cangkang, berwarna putih yang memukau. Saya melepas sepatu dan melangkah ke atas pasir; awalnya terasa sedikit tajam, tetapi setelah beberapa langkah, saya mulai terbiasa. Butiran pasir berkilauan di bawah sinar matahari seperti potongan perak yang tersebar. Airnya sangat jernih, memperlihatkan pola pasir di bawah permukaan yang dangkal. Ombak bergulung masuk dan surut, meninggalkan pasir basah dan beberapa cangkang yang terdampar.
Saya menemukan tempat teduh di bawah pohon dan duduk, mengamati kerumunan pengunjung tanpa merasa terganggu oleh kebisingan. Mungkin suara ombak terlalu keras, menenggelamkan suara percakapan manusia; atau mungkin keindahan pemandangan secara alami membuat semua orang diam. Beberapa anak kecil berjongkok di air dangkal, mencari sesuatu—kemungkinan makhluk kecil seperti kelomang. Payung berwarna-warni menghiasi pantai di kejauhan, seperti bunga yang bermekaran di atas pasir.
Saya melepas jaket dan berjalan ke dalam air; suhunya sangat pas. Saat snorkeling, saya melihat beberapa ikan tropis berenang di antara karang, warnanya cerah dan gerakannya lincah. Ekosistem laut di teluk ini sangat terjaga, tidak heran jika menjadi tempat snorkeling yang populer. Ikan-ikan itu tidak takut pada manusia; kadang-kadang mereka mendekat hingga hampir menyentuh ujung jari saya, lalu tiba-tiba berenang menjauh, meninggalkan jejak gelembung kecil.
Saat senja tiba, kerumunan perlahan-lahan bubar. Saya duduk sendirian di pantai, menyaksikan matahari terbenam mewarnai awan dengan warna merah keemasan, lalu perlahan berubah menjadi warna nila. Ombak yang bertepi emas terus-menerus mencium pasir pantai. Pada saat ini, Teluk Habin menunjukkan keindahan yang tenang dan berbeda, membuat sulit untuk pergi.
Permata kecil di pulau ini hanyalah sebutir di antara banyak keajaiban pemandangan Taiwan, namun memiliki daya tarik tersendiri. Sebelum pergi, saya mengambil sebuah cangkang utuh sebagai kenang-kenangan dari perjalanan ini. Keindahan Teluk Habin tidak terletak pada kemegahan, tetapi pada pasir putih yang halus, air yang jernih, dan ketenangan yang jauh dari hiruk-pikuk.
Dalam perjalanan pulang, sambil memegang cangkang itu di tangan saya, suara ombak seolah-olah terus bergema di telinga saya.
Lihat teks asli