Untuk menangkap gambar hitam putih yang memukau yang diambil teman saya untuk foto pertama, saya segera beralih ke mode gradasi warna yang berbeda dan mencoba filter hitam putih, sesuatu yang sudah lama tidak saya gunakan. Tanpa cahaya keemasan dan kecemerlangan artefak yang memukau, interaksi cahaya dan bayangan pada bangunan dan kecerdikan sang desainer terasa lebih mendalam!
✅Prinsip inti desain arsitek Tionghoa-Amerika Peng Shifu adalah "membuat arsitektur tunduk pada peradaban, dan membiarkan alam berdialog dengan sejarah"—ia meninggalkan kemewahan arsitektur modern, mengadopsi "penanaman yang sederhana" sebagai konsep intinya. Bangunan ini menyatu dengan mulus dengan perbedaan ketinggian alami 50 meter di Dataran Tinggi Giza, menggunakan siluet geometris berlapis yang tidak menghalangi cakrawala megah piramida di kejauhan maupun mencegah bangunan tersebut tampak tumbuh secara alami dari gurun, mencapai perpaduan yang mulus antara manusia dan lanskap.
✅Baik kesan pertama saat memasuki museum maupun momen singkat yang dihabiskan untuk mengagumi koleksi, pesona desain ruangnya begitu terasa. Dinding tirai kaca lengkung sepanjang 600 meter tak sekadar "pembawa cahaya", tetapi juga "penyaring peradaban". Sinar matahari menembus kisi-kisi berbentuk berlian pada dinding tirai, terpecah menjadi titik-titik cahaya halus yang menciptakan interaksi ritmis antara cahaya dan bayangan di dalam ruang pameran. Hal ini meningkatkan dinamisme garis luar patung batu dan memperdalam tekstur prasasti batu, seolah-olah cahaya dan bayangan sedang menyusun anotasi untuk artefak berusia ribuan tahun ini.
✅Lebih lanjut, para desainer memasukkan konsep "narasi temporal". Tata letak ruang pameran mengikuti garis waktu "dari Mesir kuno hingga era modern", menggunakan ketinggian dan gradien cahaya yang bervariasi untuk memandu pengunjung. Setiap langkah terasa seperti perjalanan melintasi waktu, mengubah kunjungan dari sekadar melihat-lihat artefak menjadi perjalanan dua arah antara peradaban dan desain.
Banyaknya artefak sungguh sepadan dengan waktu tiga hari tiga malam untuk menjelajahinya. Meskipun kunjungan setengah hari saya agak terburu-buru, saya tetap berhasil melihat semua objek wisata menarik, termasuk Colossus Ramses II di pintu masuk, topeng emas Tutankhamun (yang mengharuskan antre), Perahu Surya Agung Khufu, dan ukiran Tangga Agung! Namun, saya sarankan bagi mereka yang menginginkan pengalaman yang lebih mendalam untuk mencari pemandu yang komprehensif – sungguh menyenangkan bagi para penggemar museum!
Lihat teks asli