Kuil Gantung | Mengabadikan "Bahaya dan Keteguhan" Iman di Tebing Tebing~
🍂 Musim Gugur 2018, memasuki Yanmen Pass, mendaki Gunung Hengshan, dan naik ke Kuil Gantung.
Melihat ke atas ke paviliun-paviliun yang hanya ditopang oleh papan kayu yang ditancapkan ke tebing batu,
rasa kagum yang nyata, hampir membuat pusing, menyelimuti saya.
Itu bukan keindahan, melainkan "bahaya,"
dan iman, ironisnya, menempatkan kuil di tempat yang paling berbahaya.
📸 Dari jauh, kuil gunung tampak seperti garis tipis, dengan lembut menelusuri tebing batu abu-abu kekuningan.
Kerapuhan visual dan stabilitas nyata yang telah berusia ribuan tahun
menciptakan ketegangan yang memikat.
Cahaya memancarkan bayangan panjang dan berbintik-bintik dari pilar-pilar kayu,
menerangi permukaan yang lapuk dan dicat.
Pada saat itu, menekan tombol rana, saya merasa saya tidak sedang mengabadikan arsitektur,
melainkan waktu yang membeku dan asap dupa yang melayang.
Skala "Manusia": Selama pendakian, tangga-tangga itu sempit, hanya memungkinkan satu orang untuk lewat pada satu waktu. Melihat ke luar jendela, sosok manusia menjadi siluet kecil di langit yang tinggi. Mengabadikan perspektif ini mengungkapkan ukuran sebenarnya dari alam dan zaman kuno—rasa ketidakberartian, dan karena itu, rasa hormat.
📜 Melihat foto-foto ini sekarang, saya masih ingat suara angin gunung yang berhembus melalui aula dan sedikit keringat di telapak tangan saya. Beberapa tempat mungkin hanya dikunjungi sekali seumur hidup, tetapi kekaguman yang dialami sekali itu sudah cukup untuk menjadi tonggak dalam ingatan seseorang.
Lihat teks asli