Saat batas antara musim gugur dan musim dingin berlalu dengan tenang, segala sesuatu melepaskan kemegahan musim gugurnya dan memasuki babak tenang "panen dan penyimpanan musim dingin". Pada saat ini, kota kuno Yanguan, diiringi suara pasang surut, membuka gulungan musim dingin, yang diresapi kehangatan sejarah dan keagungan alam, mengundang Anda untuk mengesampingkan kekhawatiran dan memulai perjumpaan yang membentang selama seribu tahun ini.
Tempat ini, yang tercatat dalam sejarah sebagai "lokasi kekaisaran yang difavoritkan", memiliki hubungan tak terpisahkan dengan tiga kaisar Dinasti Qing. Hubungan antara Kangxi, Yongzheng, Qianlong, dan Yanguan tidak hanya tercatat dalam sejarah resmi tetapi juga meninggalkan jejak dalam legenda seni bela diri *Kitab dan Pedang* dan drama televisi *Putri Mutiara*, menjadikannya "kota kuno papan atas" sejati dalam narasi sejarah Dinasti Qing.
Kaisar Qianlong melakukan enam perjalanan ke selatan Sungai Yangtze, mengunjungi Yanguan empat kali. Perjalanan-perjalanan ini mencerminkan kedua pertimbangan politik—wilayah selatan merupakan sumber pendapatan vital bagi istana Qing, dan Yanguan, sebagai simpul kunci dalam proyek tanggul laut, sangat krusial bagi keamanan wilayah tersebut. Ungkapan lugasnya dalam sebuah puisi, "Mengapa pergi ke Haining? Untuk melihat bentuk tanggul laut," mengungkapkan kepeduliannya yang mendalam terhadap mata pencaharian masyarakat; bahkan ketika terbangun oleh suara ombak, ia tak dapat menyembunyikan kecemasannya tentang "pesta laut". Ia juga menunjukkan keimanannya yang taat, selalu mengunjungi Kuil Dewa Laut, yang dibangun oleh Kaisar Yongzheng, untuk mempersembahkan dupa dan berdoa bagi keselamatan pesisir Zhejiang. Lebih lanjut, ia terpikat oleh keajaiban alam; "Berkuda ke timur menuju Yanguan, garis perak membentang hingga cakrawala," kaisar yang produktif ini, yang menulis 40.000 puisi semasa hidupnya, menangkap kemegahan pasang surut Yanguan dalam syair-syairnya, menjadikan kemegahan ini sebagai simbol abadi kota kuno tersebut.
Di Yanguan pada Awal Musim Dingin, hiruk pikuk memudar, digantikan oleh ketenangan. Tembok kota berusia ribuan tahun, yang diresapi kehangatan sejarah, memungkinkan angin sejuk menembus jendela-jendela bekas kediaman Chen Gelao. Deru ombak di sepanjang tanggul tetap dahsyat, namun bebannya terasa lebih berat oleh luasnya musim dingin. Mengapa tidak mengikuti jejak para kaisar, menyaksikan ombak pasang surut, menembus dinginnya musim dingin, mendengarkan lorong-lorong kuno membisikkan kisah-kisah masa lampau, dan merasakan doa-doa khusyuk dari masa lalu dan masa kini di tengah pusaran dupa di Kuil Dewa Laut? Saat lelah, carilah kedai teh, seduh sepoci teh hangat, biarkan kehangatan mengusir rasa dingin, dan biarkan suara ombak menemani Anda menyusuri waktu. Di musim dingin yang tenang di "Kota Kegembiraan Pasang Surut" ini, temukan momen istirahat dan pemulihan Anda sendiri.
Musim dingin ini, jangan sia-siakan waktu berharga ini. Datanglah ke Yanguan untuk bertemu dengan ombak dan kota, dan di tengah kisah-kisah kekaisaran dan keajaiban alam, kumpulkan kedamaian dan kemegahan seluruh musim dingin.
Lihat teks asli