Jujur saja: menginap di Amanjiwo mungkin mengharuskan Anda menjual satu atau dua ginjal. Tapi inilah celahnya—mereka mengizinkan Anda makan siang atau makan siang tanpa perlu dana perwalian! Dan percayalah, itu sangat sepadan.
Pertama: pemandangannya. Anda benar-benar bersantap dengan pemandangan puncak Borobudur yang megah mengintip di antara pepohonan. Rasanya seperti makan di tengah kartu pos. Arsitekturnya? Ciuman koki. Suasananya? Kemewahan yang tenang berpadu dengan pesona Jawa. Dan ya, Anda mungkin akan berbisik-bisik agar sesuai dengan suasana yang tenang.
Sekarang mari kita bicara tentang makanan, karena OMG. Sungguh. Luar biasa. Mereka mengambil hidangan klasik Indonesia dan mengangkatnya menjadi sesuatu yang membuat Anda mempertanyakan setiap versi yang pernah Anda coba. Dari makanan pembuka hingga makanan penutup—sempurna. Sungguh, saya masih memimpikannya. Sayangnya, saya lupa memotret makanan (terlalu sibuk naik ke surga kuliner), jadi saya hanya memposting tampilan dalamnya. Perdagangan yang adil.
Mereka bahkan membiarkan Anda memilih jenis nasi—ya, termasuk beras porang, yang saya bahkan tidak tahu bisa dimakan seperti itu. Anda juga bisa "nambah" (isi ulang) nasi sepuasnya. Siapa bilang kemewahan tidak bisa mengenyangkan?
Dan keramahannya? Level yang luar biasa. Para pelayannya sangat ramah dan penuh perhatian, Anda bisa melihat bahwa mereka mencintai pekerjaan mereka. Ini adalah jenis layanan di mana Anda merasa seperti bangsawan tetapi tetap santai.
Bonus: Mereka menawarkan pertunjukan tari tradisional gratis pada jam-jam tertentu—tanyakan saja jadwalnya.
Ada biaya minimum (sekitar Rp700 ribu per orang), tetapi sejujurnya, untuk pengalaman, makanan, pemandangan, dan layanan—ini sangat murah di dunia kemewahan.
Kesimpulan: 10/10 dan akan kembali. Semoga lain kali saya akan mampir, bukan hanya melihat menu 😅
#amanjiwo #magelang #yogyakarta #jogjakarta #indonesianfood
Lihat teks asliDi wilayah atau bahasa pilihan Anda, tagar Momen Trip ini tidak akan mengarahkan Anda ke halaman tagar